"Feodora!!!" Panggil Ores menerobos kerumunan pegawai di cafetaria.
Feo menengok kearah sumber suara dan tersenyum melihat Ores yang tergesa gesa mendatanginya.
"Dari tadi dipanggilin gak nengok nengok." Ores menyambar cappucinno yang sudah dingin milik Feo. "Malam ini kemana?"
Feo menggeleng, kebetulan waktunya senggang dan dia tahu apa maksud Ores dibalik pertanyaannya.
Feo sendiri tidak ingat kapan dia mulai dekat dengan teman satu kantor berbeda divisi-nya ini. Yang dia tahu Ores adalah pria tampan yang menjadi incaran di Departement Secretary. Tentu saja Feo menjadi sasaran empuk para wanita haus belaian kasih sayang. Sebenarnya tidak sedekat itu hubungannya dengan Ores.
Seperti sekarang, mereka hanya menghabiskan malam disebuah hotel tanpa banyak pembicaraan yang terjadi diantara mereka.
Ores menyalakan rokoknya, "Besok saya ada kerjaan di Subang lagi." Keluhnya.
"Bagus dong, kamu sekalian refreshing." Feo memakai kimono handuknya.
"Kamu mau oleh oleh apa?" Ores memandang Feo yang masih sibuk memutar mutar badannya didepan cermin.
"Gak usah" Jawab Feo singkat.
Ores berjalan perlahan dan memeluk Feo yang masih belum selesai memutar badannya berusaha mencoba melihat sesuatu yang salah. "Kamu udah perfect kok." Bisik Ores.
"Feo, kenapa kamu gak cari pacar?" Tanya Ores begitu Feo menarik bibirnya setelah mereka berciuman.
Feo mengernyitkan dahinya sebentar, lalu tertawa. "Saya gak ada waktu." Ucapnya dengan senyum masin tersungging diujung bibirnya yang merekah.
"Jadi kamu lebih pilih punya partner seperti saya?" Tanya Ores melanjutkan pillow talk mereka.
Feo terdiam sejenak, "Mungkin..." Jawabnya,
Ores memeluk Feo dari belakang, Kini mata mereka sudah tinggal penghabisan sebelum tertutup karena lelah, "Or you fall in love with me?"
Feo mencubit tangan Ores yang melingkar dipinggangnya, "Dont be so full of yourself"
***
Ores berlari begitu keluar dari lift, matanya mencari cari sosok indah yang biasa dia temui di cafetaria.
"Hei..." Sapa seorang yang cantik, Ores tersenyum dan menyapanya kembali. Sejenak tujuan utama Ores teralih oleh gadis yang mengajak ngobrolnya ini.
"Siapa ya itu tadi?" Gumamnya setelah gadis cantik itu pergi. Dia memang tak pandai mengingat nama. Terlalu banyak gadis yang dikenalnya dan sering bersamanya, Wajahnya pun dia kadang tak bisa mengingat. Semuanya terlihat sama, cantik. Tapi kosong.
"Feo... Feooo..." Panggilnya ceria ketika menemukan sosok yang dicarinya sedang duduk manis disamping jendela.
"Kamu tadi tau gak siapa nama perempuan yang bicara sama saya disitu?" Katanya menunjuk kearah tempat dia mengobrol memakai cangkir cappucino milik Feo yang dia minum tanpa ijin.
"Fitria. Dia satu divisi sams saya. Kenapa emangnya?"
"Oke juga." Ores nyengir, "Tadi saya udah buat janji keluar malam ini sama dia."
Feo mengeluarkan dua voucher dari tasnya, "Pakai aja. Saya belum bisa datang dari kemarin. Kalau besok sudah hangus."
Ores memegang voucher makan disuatu restoran perancis daerah utara, "Serius nih?" Tanya Ores yang disambut anggukan pelan oleh Feo. "Thanks, ya. Nanti saya ganti. Saya janji."
"Gak usah, cukup luangin waktu kamu aja hari Minggu ini. Saya mau kamu temenin ke acara pernikahan teman saya."
Ores mengambil handphonenya dan menjadwalkan acaranya dengan Feo, "Jam berapa?" Tanyanya dengan wajah sumringah.
"Makan siang."
***
Pesta pernikahan yang cukup megah disalah satu gedung serba guna di Jakarta telah ramai oleh para undangan. Feo yang memakai gaun putih V-Neck yang cukup rendah berjalan pelan disamping Ores yang tampak gagah mengenakan setelan jas abu abu. Mereka mengundang semua mata undangan kearah mereka. Dengan Ores yang memasang senyum manisnya dan Feo dengan tampang dingin nan anggun, membuat pertanyaan seisi gedung.
"Selamat ya, sayang" Feo menyelamati temannya sambil menempelkan pipinya.
"Calon" Tanya sang pengantin melihat kearah Ores, Feo hanya tersenyum tak menjawab.
Disinilah Ores terjebak diantara teman teman Feo yang sedari tadi sibuk menjurukan pertanyaan tentang siapa dirinya.
"Saya bingung kalau ditanya saya siapanya kamu." Ujar Ores tidak tahan ketika mereka sedang berdiri menikmati sampagne.
"Just answer. Sepupu kek, temen kek. Apa aja yang bisa buat mereka diem." Entahlah, tapi jawaban Feodora membuat darah Ores mendidih. Sudah lama dia tidak merasakan dadanya begitu sesak hanya karena wanita. Dalam hatinya dia mencoba menenangkan dirinya sendiri agar tidak meledak.
"Kenapa sih kamu?" Tanya Feo yang sedang ngeri karena ini terlalu cepat untuk ukuran menyetir di tol. Ores tampak fokus kejalanan tak menjawab. Sekali lagi Feo mengulangi pertanyaannya. Dia merasa ada yang salah pada diri Ores.
Ores akhirnya menepikan mobilnya di rest area dekat situ. Mencoba menghirup udara segar, dia meninggalkan Feo sendirian dan duduk diatas kap mobilnya.
Feo masih belum mengetahui sebab Ores berlaku seperti itu. Tiba tiba emosi dan tidak bisa mengontrol emosinya.
Akhirnya dengan keribetan yang terjadi pada gaunnya saat dia menuruni mobil, Feo menghampiri Ores.
"Saya salah apa?" Tanyanya.
Ores menegakkan wajahnya dan menatap tajam kearah Feo. Dia tak menyangka wanita seperfect dan segenius Feo masih bertanya salahnya apa. Kenapa dia? Sebagai seorang wanita, she lacked sensitivity.
"Why you choose me?" Akhirnya Ores membuka mulutnya. "Buat nemenin kamu ke pesta pernikahan temen kamu?"
Feo benar benar tidak mengerti apa yang terjadi, "Harus siapa lagi?" Feo menjawab pertanyaan dengan pertanyaan miliknya.
"Kenapa saya harus jawab sepupu atau teman kamu?" Ores tak menjawab pertanyaan Feo yang tadi, sekarang dia punya pertanyaan yang lebih detail tentang mengapa dia emosi.
"Lalu harus mengaku apa?" Kembali Feo menjawab dengan pertanyaannya sendiri.
Ores menutup mukanya menahan emosi.
"Ahhh! Whatever!" Akhirnya dia pasrah. Mencoba menghempaskan kekesalannya.
"Are you fall in love with me?" Tanya Feo tiba tiba membuat Ores berpikir keras dan menyadari betapa konyol sikapnya saat ini. Dari awal pertemuan mereka, Dia sudah tahu kalau mereka hanya sebatas fuck buddy. No string attached apalagi perasaan. Ores menjalaninya dengan senang pada awalnya. Bagaimana tidak senang, dia mendapat partner yang cantik, they body is compatible too dan Feo tidak pernah mengusik kehidupan pribadinya apalagi menuntut macam macam seperti kebanyakan wanita yang pernah ia kenal.
"Mungkin..." Ores tertunduk lesu menyadari sesuatu yang salah pada dirinya. Zona aman yang selama ini dia tinggali sedang terguncang dan menyadari kalau dia sudah menyebrangi garis yang seharusnya tidak sepijak pun dia tanamkan.
***
Ores duduk di cafetaria ditemani segelas cappucinno yang mulai dingin, memandang keluar jendela melihat orang yang sibuk lalu lalang dan mengobrol. Dirinya dalam keadaan down yang belum terobati. Setelah kejadian kemarin, dia menyadari kalau mungkin ini adalah karma yang harus dia telan bulat bulat atas perbuatannya selama ini. Ya, selama ini dia sudah banyak bermain api dengan wanita.
"Yuk?" Ujar Feo menyadarkan Ores dari lamunannya.
Ores menatap wanita yang berdiri didepannya. Kakinya yang jenjang, badannya yang proposional, kulitnya yang berkilau, wajahnya yang penuh dengan kesexyan, terlalu perfect baginya. Bagaimana dia bisa menolak hatinya untuk jatuh cinta lebih dalam?
Ores berdiri dan beranjak pergi dengan Feo, Keluar kantor sambil menggenggam bangga tangan wanita disampingnya.
"Tuhan, terima kasih telah memberikan karma terindah." Ujarnya dalam hati.
-END-
0 Komentar