Sang Nyonya (4)


Akhirnya sampai juga di cottage dipinggir pantai, Dito keluar dari mobil dengan gembira, Berlari kearah pantai dengan gembira. Lolita dan Vicky hanya memandangi sambil tersenyum.
"Saya ganti baju dulu, ya. Kamar kamu yang itu." Kata Lolita sambil memasuki cottagenya dan menunjukan kamar Vicky. Cottage yang indah berlantai kayu bernuansa bali tapi tetap ada nuansa modern. Vicky beristirahat sebentar duduk di meja makan disamping pantri kecil.

Lolita keluar dengan menggunakan kaos barong yang kebesaran berwarna kuning dan celana jeans pendek. Really really hot, fresh from the oven. Mata Vicky tak bisa lepas dari kaki indah nan jenjang milik sang nyonya.
"Yuk kepantai" Ajakan Lolita mengembalikan Vicky kedunia nyata.

Aduh gawat, kalo gini bisa khilaf gue... Rutuk Vicky sambil mengganti bajunya dengan kaos oblong.

Terpaan angin pantai menerpa wajah Lolita yang penuh dengan senyuman kebahagiaan. Vicky dari jauh mulai berkreasi dengan kamera kesayangannya. Memoto dua makhluk indah dari surga.
"Om, ayo maen!" Teriak Dito, Lolita pun melambaikan tangannya.
Vicky hanya mengangkat tangan lalu menggeleng, siapa yang mau meninggalkan kesempatan emas memoto sang nyonya dalam mode bidadari?

Hari makin siang, perut mereka pun keroncongan.
"Ma, Dito lapar. Mau makan udang monster." Rengek Dito.
"Ha? Udang monster?"
Lolita pun beranjak memesan makanan dan tempat di saung pinggir pantai yang disediakan.
"Itu loh om, udang tapi guedeeee banget." Dito menjelaskan dengan penuh kelucuan tak lupa tangannya memeragakan segimana besarnya udang yang dimaksud.
Vicky mulai mengerti, "Oh lobsterrrr.... Iya tuh enak."

Lalu mereka pun makan, Dito dengan lahap memakan udang monsternya.
Lolita selesai makan dan menikmati sampagne nya.
"Ma, kenapa Om Vicky gak jadi papa aku aja?" Celetukan Dito membuat Lolita dan Vicky terbelalak, "Aku disekolah dibilang beruntung banget sama temen temen aku, katanya aku hebat punya mama cantik sama papa yang ganteng."
Vicky salah tingkah.
"Emang kalo punya mama cantik sama papa ganteng kamu mau?" tanya Lolita makin membuat Vicky salah tinggah.
Dito mengangguk, "Iya, kayak ratu sama raja di dongeng. Terus aku jadi pangeran gantengnya, nanti gede aku juga cari putri yang cantik biar kita jadi keluarga yang bahagia."
Lolita terus bertanya tanpa memerhatikan Vicky yang mukanya sudah menyerupai udang monster yang dimakan Dito, "Yah, nanti mama kesaing dong sama putri cantik?" Lolita pura pura sedih.
"Tenang aja, mah. Mama tetep paling cantik dihati aku. Iya kan, Om Vicky? Mama juga paling cantik di hatinya Om?"
STRIKEEEE!!!! Pertanyaan polos Dito berhasil membuat Vicky mati kutu.
"I... Iyaa... Mama paling cantik dihati om"
Lolita tersenyum sambil mengangkat alisnya, Vicky hanya tertunduk malu.

Makan siang hari itu benar benar menyiksa Vicky.

Malamnya, Lolita berdiri diteras, memandang kearah pantai dibawahnya. Ombak yang kencang berderu. Bunyinya menenangkan jiwa. Dengan gaun pantai biru yang pas lutut membungkus badannya menambah kesexyan seratus persen dengan rambut tergurai tersapu oleh angin.
Vicky yang baru beres menidurkan Dito pun berjalan kearah Lolita, tak lupa dia memoto moment itu.
"Udah ah jangan foto foto terus." Kata Lolita sambil tersenyum malu.
"Sampagne?" Vicky menawarkan untuk menuangkan lagi ke gelas Lolita.
"Thank you." Ujar Lolita.
Mereka berdua terdiam, menikmati pantai yang gelap dan sampagne.
"Sepi, ya?" Ujar Vicky.
Lolita hanya diam, "Boleh setel lagu, bu?"
"Request yang romantis ya"
Vicky pun mulai menyalakan lagu dari handphonenya, Excuse Me Miss dari Pharell dan Jay Z pun dipilihnya.
Lolita memejamkan matanya, "Good..." Katanya mengomentari lagu itu.
Pemandangan yang sangat jarang dinikmatinya, sang nyonya memancarkan aura rileks dan anggun. Vicky pun tak bisa selain menikmati waktunya itu. Mereka berdua pun tenggelam dalam obrolan yang seru. Seakan ikatan majikan dan nanny tidak menjadi masalah. Vicky yang pintar membawa obrolan berhasil mendapatkan perhatian Lolita.
"Hahahaha... udah lama loh saya gak ngobrol begini sama orang lain. Kayaknya walau gak penting tapi jadi enteng pikiran. Rileks" Muka Lolita mulai memerah.
Vicky khawatir kalau sang nyonya mabuk, "Bu, udah mulai tipsy ya?"
"No." Jawab Lolita cepat. Lalu dia tertawa, "Ahahaha, im drunk." Lolita tanpa aba aba menyender di pundak Vicky.
"Bu?" Vicky yang risih pun menggeser posisinya, tapi Lolita sudah kehilangan keseimbangan, mau tidak mau Vicky pun menopangnya.
"Im drunk in love with you," Katanya sambil memeluk Vicky dan berbisik ditelinganya.
Vicky tau benar kalau Lolita masih bisa mengatasi kesadarannya. But how come she blabering like this?
Vicky terdiam, tak membalas pelukan Lolita sama sekali, "Ahhh... Im sorry. Kayaknya saya ngomong ngaco." Lolita menyadari reaksi Vicky, cepat cepat dia lepas pelukannya dan kembali ke kamar.


***


Pagi harinya, semua tampak kaku. Vicky yang menyadari kebodohannya dan ketidakjujurannya semalam pun tampak sibuk menemani Dito berenang dipantai. Sedangkan Lolita belum sama sekali keluar dari kamarnya. Dia juga melewatkan sarapan.

Kekakuan kondisi ini berlanjut terus, dimobil pun tak ada pembicaraan antara Vicky dan Lolita. Sampai dirumah, Lolita langsung pergi kembali, dia bilang ada bisnis yang harus diurus. Vicky tau itu hanya excuse untuk menghindari dirinya.

PLETAK! Sebuah tampolan mendarat manis dari Renard, teman satu kostan Vicky.
"Kok elo bego sih?" Vicky menggaruk kepalanya yang lumayan sakit, "Itu kesempatan elo. Gila kan kalo elo kemaren gak bego, sekarang udah jadi jutawan lo. Anaknya udah setuju, Emaknya udah ngasih lampu ijo, nah elo malah bego. Sumpah geregetan banget gue sama lo."
"Aint a gold digger like you. Dia tuh kemaren cuma mabok."
"Ha! Ha! Gak lah, dia serius kalo sampe dia nyuekin elo gitu. Dia marah karena gak ada respon dari lo."
Vicky terdiam, Berpikir.
Previous
Next Post »
0 Komentar