“Hey Pluto, kamu percaya cinta?” Senyum manis tersungging dari bibir tipis milik Pluto mendengar pertanyaan adiknya, Reira.
“Emang kalau orang yang kita cinta bahagia, kita juga ngerasa bahagia?” Pertanyaan lain terluncur, Pluto masih asyik dengan kegiatannya menyusuri rambut indah Reira yang panjang.
“Plutoooo....”
~~~
Napas yang terengah engah terdengar memantul diruangan yang kosong dan gelap itu. Makin lama makin terdengar jelas dan suara napas kini sudah berubah menjadi lenguhan lenguhan pelan.
Pluto membuka matanya, hanya gelap diseluas penglihatannya. Diruangan yang dingin ini keringatnya mengalir deras. Kini Pluto merasa tak bisa bernapas, lehernya dicekik oleh tangan besar yang dingin. Semua anggota tubuhnya merasa kesakitan yang luar biasa.
“You are so bad, Pluto.” Suara yang dalam terdengar jelas ditelinganya. Pluto memejamkan kembali matanya yang sembab mencoba menikmati sakit yang terasa.
~~~
Matahari yang terik menembus kaca sebuah resto, kulit Pluto yang pucat seakan bersinar terkena sinar matahari. Roastes tunanya masih tersisa di piring yang isinya sudah berantakan itu, gelas air mineral pun sudah setengah dan meninggalkan bekas bibir yang tak terlalu terlihat. Jari jari lentik Pluto menari di meja makan siang itu, membentuk bulatan bulatan dan mengetuk ngetuk meja. Tangannya yang kurus kini tak menari lagi, sudah digenggam dengan erat oleh tangan berotot dengan kulit coklat.
“I love you” katanya sambil mencium jemari Pluto.
~~~
Wanita memang selalu berisik, bahkan ditengah orang ramai pun seakan mereka tak mau kalah ramai. Wajah yang cantik, kulit yang lembut, cara minum yang anggun seakan tak menghalangi mereka dari berbicara semua topik yang ada secara bar bar.
Dari mulai gadis yang tiba tiba menjadi cantik, sampai laki laki separuh baya yang terkenal tajir melintir dan suka dengan daun muda.
Pluto menjadi pendiam seketika dikerumunan wanita wanita ini. Seru memang, tapi topik ini makin lama makin bahaya.
“Pluto, kulit kamu bagus deh, perawatan dimana?” wanita dengan ponytail bertanya padanya.
“Eh Pluto, kuku kamu juga bagus, ke salon atau perawatan dirumah aja?” kali ini wanita dengan rambut pendek model bob yang bertanya.
“Pluto, you are so gorgeous.Kita kita iri deh sama kamu.”
~~~
Cermin besar memantulkan bayangan Pluto. Figur Pluto yang tinggi kurus bak model catwalk di Paris sana menambah keindahan pantulan itu. Rambut Pluto yang panjang berwarna hitam kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Pluto berdiri mendalami pantulan dirinya sendiri. Melihat semua lekuk tubuh yang terpampang.
Reira menghampiri Pluto yang masih mematung berdiri menghadap bayangannya. Kakinya yang kecil melompat lompat ceria kearah Pluto. Akhirnya dipeluklah Pluto dari belakang. “Pluto, aku baru baca koran.”
Pluto memalingkan dirinya menghadap Reira yang masih memeluknya. “Katanya Pluto kembali diakui sebagai planet di tata surya kita.” Ujar Reira sambil mempererat pelukannya dan tersenyum bahagia, dia membenamkan kepalanya ke dada Pluto.
“Tapi, apapun statusnya aku gak peduli, loh. Aku tetep bahagia. Pluto bahagia juga kan?” Pluto tersenyum dan mengangguk.
“Berarti benar kata orang, kalau orang yang dicinta bahagia kita juga ikut bahagia.”
-End-
0 Komentar