Bonded hair (1)






"Haloooo Anuva.... Lagi ngapain? Hehee.."
"Eh.. Em, Lara? Kamu kapan balik?"

Ya, wajah kemerahan dari perempuan cantik yang selalu duduk didepan ruangan gue ini yang gue kangenin. Udah berapa lama gue ninggalin kantor ini? Seminggu? Kayaknya hampir dua minggu. Really, bussiness trip is really though.

"Barusan, langsung kekantor deh." Dia nunduk, gue tau ini pasti nyembunyiin wajah merahnya. How cute this little girl? "Abis kangen sama kamu." Ah, kayaknya udah cukup. Gue harus inget tujuan utama gue kekantor. Lagian kalo lama lama godain Anuva, bisa bisa gue yang hilang keseimbangan. 

Gue kangen sama kursi besar diruangan yang lumayan besar ini. Meja ini letaknya pas banget karena dari sini gue bisa liat Anuva kalau pintu gak ditutup. Yah, jarang ditutup juga sih. Karena kalau penat menghadap layar komputer atau tumpukan kertas kertas gue bakal ngelempar pandangan ke stress reliever gue diseberang sana.

"Lara, besok kamu boleh ga dateng kekantor. Karena aku tahu kamu pasti capek. Kalau mau ambil cuti aku bisa bilangin." Perfect girl! Anuva selain cantik tahu aja apa yang gue butuh. If i were a boy udah pasti bakal gue nikahin.
"Its okay. I prefer go to office than stay in my bed without you." Hahhhh... Lagi lagi gue godain dia. Mukanya mulai memerah. So cute, can i hug her?

***

Akhirnya sampe rumah juga. Gue kangen sama kasur, gue kangen sama Bonita, kucing genduuuut berwajah jutek yang selalu tidur, oh yaa gue juga kangen sama dapur gue. It feels like a century, rumah yang emang gue doang yang tinggal disini tampak sepi dua kali lipat.

"Bonitaaaa... Come here, baby. Your momita bring a food for you..."

Satu satunya yang bisa gue ajak ngomong ya si Bonita ini. Walaupun dia cuma diem atau engga meremin matanya tanpa peduli apa yang keluar dari mulut gue. Tapi bukan masalah besar sih karena gue juga gak terlalu suka ngobrol. Better keep my voice for something necessary.

Okay.... So, apa yang bisa gue masak buat makan malem? Hmm... Tapi sebenernya gak laper laper banget sih dan kayaknya mandi lebih menggiurkan. Gue nyari nyari handphone yang daritadi berdering. Gue benci tas gede. Kayaknya barang barang seakan menghilang dari sana kalo dibutuhin. Tangan gue udah sibuk nyari nyari tapi tetep aja berulang kali ngambil barang yang salah. Salut sama Doraemon yang bisa ngambil barang tepat dikantong besarnya.
"Halo?"
"Halooooo aunty ku tersayang" Salah besar gue ngangkat telepon dari dia.
"Ngapain? Gausah basa basi."
"Hahaahha" ketawanya bikin kuping gue pengang. "Tolongin aku dooong, aku lagi disuruh magang nih buat bahan tugas akhir."

Ah ya, i knew it. Dia gak bakal ngehubungin gue kalo ga ada maunya. Keponakan semprul. Biasanya cuma minta duit tapi kali ini tumben dia mikirin hal buat kuliahnya yang gue rasa kok gak kelar kelar. "I will, tapiiii coba bilang dulu 'hey aunty Lara, you are so beautiful like really, so young and passionate. Please let me do my last assignment in your office' pake nada yang cute" Dia ngulang semua kata kata tadi dengan nada cute yang dibuat buat. Tapi gak apa apa, gue udah cukup puas ngegodain dia. Karena gue tau dia gak bakal ikhlas bilang semua tadi.

"Jadi kapan aku bisa mulai?" katanya semangat sekali.
"Nanti aku kabarin lagi. Tapi kamu yakin mau kerja dikantor aku? Kan jauh dari rumah kamu."
"Kan aku nginep dirumah aunty, mama juga uda setuju kok. Mama juga mau bilang sama aunty nanti." Ah iya, kakak gue... Dia pasti yang ngatur ini semua biar bisa bebas liburan ke hongkong tanpa dirongrong cepet pulang sama anak satusatunya yang rese ini.

***

Hari pertama kekantor ini lagi berasa segar banget. Sengaja berangkat pagi pagi, tapi tetep aja Anuva udah duduk manis dengan rambut ponytailnya.
"Morning... Pagi amat datengnya." Anuva grasak grusuk denger sapaan gue pagi ini. Lalu dia senyum,
"Ah iya, terlalu semangat jd kepagian."Senyum Anuva terpancar.

Tolooong, pesen satu yang kayak Anuva ada dimana? Mau dipajang dikamar.

"Yooo yoooo waktunya kerja" Seperti yang gue kira, gue gak akan bisa full konsentrasi kalo pintu ini kebuka. Yang ada pandangan gue selalu tertuju sama gadis berponytail didepan sana. Pesonanya terlalu kuat buat disangkal. Bibir kecil yang merah, senyum indah, rambut yang sebenarnya akan terlihat lebih pantas kalau diurai.

"Lara..." panggilan Anuva yang ternyata sudah berdiri didepan pun ngebangunin gue dari keseriusan menghadap kertas kertas laporan keuangan.
"Ya?"
"Hmm..." ah, dia mulai grogi lagi. Kali ini apa ya yang mau disampein? "Malam ini kamu ada acara gak?" Akhirnya dia buka suara,
"oh, engga. Ga ada."
"Would you mind go out dinner with me?" Lara tak terpikir Anuva akan grogi seperti tadi hanya karena mengajaknya dinner.
"Of course. Kenapa engga?" gue pasang senyum yang paling manis biar nona kecil ini bahagia.

Pukul 5 sore tapi sepertinya langit lebih gelap dari biasanya. Rasanya ini sudah waktunya pulang bagi Lara.

Hmm... Anuva gak ada dimejanya. Sudahlah, mending sekarang ke toilet dulu daripada nanti repot di tengah jalan mau pipis. Sekalian mau rapi rapi kayaknya ini muka udah lecek banget.
Di toilet, Lara melihat Anuva sedang menyisir rambutnya yang indah terurai panjang.
 Bener kan kata gue, dia lebih cantik diurai.

"Eh, Lara?" kata Anuva kaget melihat Lara dari cermin.
"Hehe, mau pipis sebentar. Tunggu ya." Anuva mengangguk.

Malam itu gue ngabisin waktu sama Anuva. Nostalgic banget.
"Gimana keadaan cabang disana?" kata Anuva membuka percakapan.
"Yah begitu, banyak yang perlu di atur. Capek sih, tapi harus kan,"
Dia mengangguk perlahan, mengambil minumannya. "Oh iya, mungkin dua tiga hari lagi ada keponakan aku yang mau magang. Aku bisa kan minta bantuan sama kamu?"
Anuva tampak heran, "Please.." kata gue menepukkan tangan didepannya memohon bantuan Anuva.
"Mario?" tanyanya.
Oh iya, dia tau Mario dari cerita cerita gue waktu dulu. "Okay, sebisa aku, aku coba bantu." katanya dengan manis, ingin rasanya lompat kepelukannya sambil bilang terima kasih. Tapi ini ditempat ramai, tahan Lara! Tahan!

Related Post

0 Komentar